Senin, 22 Februari 2016

LAPORAN KEGIATAN DEVISI ADMINISTRASI DESA

Kegiatan 1
KegiatanDevisi Administrasi Desa dan Pemetaan yang pertama di adakanpadatanggal 10 Februari 2016 adalahPembuatan data dan profil Desa Ploso.
Berikut adalah struktur organisasi Desa Ploso:





Kegiatan 2
Kegiatan kedua dari devisi Administrasi dan Pemetaan Desa dilaksanakan pada tangga 15 Februari 2016 yaitu Survei mata pencaharian penduduk Desa Ploso. Di sini kita berkeliling wilayah pemukiman warga dusun ploso dan dusun wringin anom dalam satuan desa ploso. Kami mewawancarai penduduk yang mempunyai usaha peternakan budidaya jangkrik, toko dan mata pencaharian penduduk desa ploso.



Kegiatan 3
Kegiatan devisi pangan selanjutnya diadakan pada tanggal 21 Februari 2016 yaitu penanaman tanaman hias dan toga diarea kantor desa Ploso. Kami membuat sektor tanaman toga diantaranya seperti kunyit, lempuyang, sirih merah, lidah buaya, jahe, lengkuas,dll. Tujuan kami adalah untuk penghijauan desa Ploso dan pemanfaatan lahan yang ada di kantor desa Ploso.




Kegiatan 4
Kegiatan selanjutnya devisi adminstrasi dan pemetaan desa adalah memperbaiki musholla balai desa ploso. Disini kami memasang kaligrafi yang bertujuan untuk mengesankan nuansa islami pada musholla balai desa ploso. Di lain itu kami juga membuat kalimat toyyibah pada musholla agar terlihat lebih indah.




Lampiran 1
LAPORAN KEUANGANPROGRAM KERJA DEVISI ADMINISTRASI DESA DAN PEMETAAN
Pengeluaran
Pembelian kaligrafi = Rp. 100.000,-
Foto copy   = Rp. 3.500,-
Phylox   = Rp. 66.000,-
Total   = Rp. 169.500,-







































Minggu, 21 Februari 2016

LAPORAN KEGIATAN DIVISI PENDIDIKAN

   


A. LATAR BELAKANG
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kita limpahan rahmat, hidayah serta nikmat berupa kesehatan. Semoga Bapak/Ibu senantiasa dalam lindungan Allah SWT, dan diberikan kemudahan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. 
Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan bagian dari kurikulum yang wajib ditempuh oleh seluruh mahasiswa Universitas PGRI Adi Buana Surabaya. Berbagai macam model kegiatan dalam devisi pendidikan, lingkungan, pangan, administrasi desa dan marketing. Pengembangan KKN telah dilaksanakan sejalan perubahan kondisi, pemikiran dan hasil evaluasi. Tetapi, semua tidak terlepas dari tujuan KKN , yaitu memberikan pengalaman secara langsung pada calon Sarjana baik fisik maupun secara mental dengan terjun ke dalam masyarakat untuk mengaplikasikan berbagai disiplin ilmu yang dimiliknya.
Sesuai dengan pembekalan, KKN ini bertema “Pengentasan Kemiskinan Melalui Pemberdayaan Keluarga”, yang memiliki tujuan agar masyarakat desa Ploso kecamatan Krembung kabupaten Sidoarjo dapat menjadi masyarakat yang maju dan siap untuk bersaing dalam meningkatkan perekonomian keluarga. 
Hal ini menimbulkan pemikiran kelompok KKN desa Ploso kecamatan Krembung kabupaten Sidoarjo untuk mengembangkan kreativitas mahasiswa kelompok KKN desa Ploso dengan memberikan pengalaman bagi para anggota kelompok. Oleh karena itu, dalam kegiatan KKN Universitas PGRI Adi Buana Surabaya bekerja sama dengan masyarakat desa Ploso, mengadakan kegiatan yang berkesan bagi seluruh orang dalam berpartisipasi di dalamnya. Kegiatan yang berkesan bagi seluruh warga desa Ploso terperinci di dalam proposal di bawah.

B. PROGRAM KERJA DEVISI PENDIDIKAN
1. Memindahkan Perpustakaan Desa ke Paud/TK
2. Bimbingan Belajar bagi TK-SD
3. Ekstra Tari di SD Negeri Ploso
4. Paduan Suara di SD Negeri Ploso
5. Menggosok Gigi Bersama di TK Ploso
6. Finger Painting di TK Ploso


C. JADWAL KEGIATAN
1. Pada tanggal 9 Februari 2016 pukul 07.00 WIB, kami menemui kepala sekolah TK Ploso untuk meminta izin memindahkan perpustakaan balai desa ke sekolah TK. Pada pukul 11.00 WIB, kami mulai mengecat ruangan yang akan digunakan untuk perpustakaan.
2. Pada tanggal 10 Februari 2016 pukul 10.30, kami membantu bimbingan belajar di TK Ploso di kelompok B.
3. Sabtu tanggal 13 Februari 2016 pukul 08.00, kami mengadakan gosok gigi bersama di TK Ploso.
4. Sabtu 13 Februari 2016 pada pukul 10.30 WIB, kami mengadakan latihan Tari dan Paduan Suara di SD Negeri Ploso mulai dari kelas 1-5.
5. Senin tanggal 22 Februari 2016 pukul 10.00 WIB, kami memindahkan perpustakaan desa di pindah ke TK Ploso
6. Bimbingan belajar di desa Ploso mulai tanggal 8 februari 2016 yang dilaksanakan tiap hari senin-jum’at jam 18b.30 di rumah Kepala Dusun Wringinanom Bapak Jafar.
7. Kamis 18 Februari 2016 membuat rak buku untuk perpustakaan
8. Sabtu 20 Februari 2016 melatih paduan suara di SD Negeri Ploso

D. DANA PENGELUARAN
1. Rak buku Rp. 326.000
2. Buku dan Poster   Rp. 200.000
3. Pasta gigi Rp. 15.000
4. Cat dan peralatan cat Rp. 224.000
5. Konsumsi Rp. 25.000     +

        Jumlah         Rp. 790.000


E. LAMPIRAN
1. Susunan Panitia Devisi Pendidikan
        Penanggung Jawab : Ahmad Arifuddin Zuhdi
        Ketua Devisi : Fatimatul Ulum
        Anggota         :
        Niken Aprilia E
        Ratna Sulviana
        Kicha R.
  Elok Salfina
  Selda Arum Sari
        Anita Dwi Mutmainah
        Suminah
        Desi Rian Sari
        Nanty Saining

2. Dokumentasi Kegiatan Devisi Pendidikan
        a.  Kegiatan Pemindahan Perpustakaan





b. Kegiatan Bimbingan Belajar


c. Kegiatan Ekstra Tari di SD Negeri Ploso




d. Kegiatan Paduan Suara SD Negeri Ploso



e. Kegiatan Menggosok Gigi Bersama di TK Ploso





F. PENUTUP
Demikian laporan kerja ini dibuat sebagai acuan untuk evaluasi pada setiap kegiatan yang sudah dilaksanakan .Apabila ada kekurangan dalam penyusunan laporan pertanggung jawaban ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga amal baik kita di terima oleh Allah SWT, dan akan menjadi bekal diakhirat kelak, Amin.
 Atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.

 






LEMBAR PENGESAHAN

A. Nama Kegiatan : Laporan Kerja Devisi Pendidikan
B. Tema : Menghidupkan Perpustakaan
C. Lokasi Kegiatan : Ds. Ploso, Kec. Krembung, Kab. Sidoarjo
D. Ketua Devisi : Fatimatul Ulum
: Jl. Raya Gilang No. 92 Taman, Sidoarjo
: 085733929701
:fatimatul.ulum@gmail.com
E. Jumlah Anggota : 9 orang.



Sidoarjo, 21 Februari 2016

Mengetahui,
Kepala Desa Ploso Ketua Devisi Pendidikan

Saiful Efendi      Fatimatul Ulum

                                   Ketua Umum KKN Ds. Ploso

                                        Ahmad Arifuddin Zuhdi










Sabtu, 20 Februari 2016

RAPAT KOORDINASI DIVISI

Sabtu, 20 Februari 2016 diadakan rapar koordinasi membahas Laporan setiap divisi, penyusunan panitia penutupan KKN dan laporan keuangan. Rapat berjalan dengan lancar dan saling menghargai pendapat yang disampaikan dalam forum. Diharapkan nilai KKN ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan warga desa ploso.














KISAH AWAL NEGARI SIDOARJO



DEWI KILISUCI DAN KESUNYIAN SELOMANGLENG
Andai Dewi Kilisuci bersedia menjadi ratu di Kahuripan, barangkali sejarah tidak mengenal kerajaan Jenggala. Tetapi karena sang dewi lebih tertarik pada kesunyian gua Selomangleng (Kediri) daripada pesta pora hedonistik istana, maka Ayahnya, Airlangga merasa perlu membagi kerajaan menjadi dua.
Pembelahan kerajaan Kahuripan bukan saja merubah wajah Jawa secara geografis, tapi juga geopolitik dan ekonomi. Pusat pemerintahan yang sebelumnya ada di satu tempat kini menjadi dua. Hanya sayangnya pusat ekonomi tetap menjadi hak sebuah daerah belahan dari Kahuripan.
Masing-masing dua daerah belahan Kahuripan ini mempunyai kekuatan dan kelemahan. Jenggala, belahan sebelah utara ini kuat dalam ekonomi karena bandar dagang di Sungai Porong termasuk dalam wilayahnya. Sedangkan Dhah(Kediri) yang bercorak agraris ini lebih kuat dalam bidang Yudhagama, olah keperajuritan, militer, bahkan mempunyai pasukan gajah.
Pembelahan kerajaan ini memang pada ujungnya juga menyisakan sebuah sengketa antar dua pewaris. Dimana di salah satu belahan mengalami tingkat perekonomian yang tinggi, sementara di belahan lain tingkat ekonominya sangat minus.

Kedua perbedaan inilah yang menimbulkan sebuah perang yang akan meluluh lantakkan sebuah kerajaan dari muka bumi. Dan  kerajaan itu adalah Jenggala.
petajavakoenoma1
Pembagian Kerajaan Kahuripan
“Dari Bali ke Kahuripan”
Bicara tentang sejarah jawa feodal, kita tidak bisa meninggalkan Airlangga. Walaupun ia tidak berasal dari Jawa, Airlangga mempunyai peran besar dalam menentukan arah kisaran sejarah Jawa Timur paska kerajaan Kahuripan.
Airlangga adalah putra Raja Bali, Udayana dari pemaisuri Mahendratta. Ibu Airlangga ini masih adik kandung dari Sri Dharmawangsa Teguh Anantawikrama, Raja Medang Kamulan di Jawa Timur, sebuah kerajaan yang berjalur keturunan Dinasti Isyana dari jaman Mataram Hindu. Pada umur 17 tahun, Airlangga datang ke Mendang Kamulan untuk menikahi kedua putri Sri Darmawangsa Teguh yang bernama Sri dan Laksmi. Pada waktu pesta penikahan ketiga anak raja ini terjadi sebuah peristiwa yang membuat Airlangga muda merubah jalan hidupnya.
Barangkali hanya Sri Dharmawangsa Teguh, raja Jawa yang berani menyerang Sriwijaya. Padahal, Sriwijaya yang bercorak Budha itu sedang mengalami jaman keemasannya oleh bandar dagang dan ketinggian filsafatnya. Bisa ditebak jika serangan dari Jawa itu kemudian mengalami kegagalan. Namun   itu   tidak   mengurungkan   Sriwijaya   untuk menghukum Medang Kamulan dengan menggunakan kerajaan Wura-wuri (Ponorogo) sekutunya di Jawa. Serbuan dari kerajaan Wura-wuri itu terjadi tepat di malam pesta pernikahan Airlangga dengan kedua Putri Dharmawangsa. Peristiwa tragis yang kemudian disebut Pralaya (Malapetaka) di Kraton Medang itu menewaskan Sri Dharmawangsa Teguh berikut pemaisuri, patih dan menteri- menterinya.
    Menurut batu Calcutta, seluruh Jawa bagaikan satu lautan yang dimusnahkan oleh raja Wura-wuri. Tapi ada yang lolos dari kehancuran, yaitu Airlangga beserta kedua istri dan sedikit pengawalnya yang melarikan diri ke Gunung Prawito (Penanggungan). Di sana, Airlangga bersembunyi dan mengatur kekuatan untuk merebut kembali kerajaan mertuanya.

Pada tahun 1019, Airlangga yang dinobatkan oleh para pendeta Budha, Siwa dan Brahmana, menggantikan Dharmawangsa, bergelar Sri Maharaja Rake Halu Sri Lokeswara Dharmawangsa Airlangga Anantawikramo-ttunggadewaIa memerintah dengan daerah hanya kecil saja karena kerajaan Dharmawangsa sudah hancur, menjadi terpecah-pecah menjadi kerajaan-kerajaan kecil. Sejak tahun 1028 Airlangga mulai merebut kembali daerah- daerah saat pemerintahan Dharmawangsa, yang bisa jadi juga ada hubungannya dengan kelemahan Sriwijaya yang baru saja diserang dari Colamandal(1023 dan 1030). Raja-raja yang ditaklukkan itu adalah Bhismaprabhawa (1028-1029), Wijaya dari Wengker (1030), Adhamapanuda (1031), raja Wengker (1035), Wurawari (1032) dan seorang seperti raksasa raja perempuan (1032). Peperangan Airlangga melawan Sang Ratu ini melahirkan legenda Calon Arang di Bali.
Kemakmuran dan ketentraman pemerintahan Airlangga (ia dibantu oleh Narottama/rakryan Kanuruhan dan Niti/rakryan Kuningan) yang ibukotanya pada tahun 1031 di Wotan Mas dipindahkan ke Kahuripan di tahun 1031, kraton dari kerajaan ini diperkirakan berada di desa Wotan Mas, wilayah Ngoro kabupaten Pasuruan, atau sekarang lebih dikenal dengan nama situs Kuto Girang.
Pemerintahan Airlangga diikuti dengan suburnya seni sastra, yang antara lain: kitab Arjuna Wiwaha karangan mpu Kanwa tahun 1030 M yang berisi cerita perkawinan Arjuna dengan para bidadari hadiah para dewa atas jerih payahnya mengalahkan para raksasa yang menyerang kayangan (kiasan hasil usaha Airlangga sendiri yang merupakan persembahan penulis kepada raja). Ini juga pertama kali keterangan wayang dijumpai, walau sebetulnya sudah ada sebelum Airlangga.


“Kahuripan Terbelah”
Prabu Airlangga mempunyai dua istri yaitu Sri dan LaksmiKeduanya adalah putri Dharmawangsa Teguh Anantawikrama yang tak lain pamannya sendiri. Dari perkawinannya dengan Sri, Prabu Airlangga mendapatkan seorang putri yang bergelar Dewi Kilisuci atau disebut juga Dewi Sanggramawijaya yamg ditetapkan sebagai mahamantri i hino (ialah berkedudukan tertinggi setelah raja). setelah tiba masanya menggantikan Airlangga, ia menolak dan memilih sebagai pertapa.
      Semenjak awal Dewi Kilisuci telah menjalani kehidupan sebagai seorang pertapa. Rupanya Kesunyian Gua Selomangleng (Kediri)    dan Pucangan (gunung Penanggungan), ternyata lebih menarik perhatian sang Putri dari pada Hedonistik Istana. Dia memutuskan untuk menarik diri dari hiruk pikuk keduniawian, Sehingga ia menolak ketika harus menggantikan Airlangga menjadi ratu di Kahuripan.
    Selain Dewi Kilisuci, Airlangga juga mempunyai dua orang bernama Lembu Amisena dan Lembu Amilihung.  Keduanya putra dari selir. Karena pewaris tahta yang sah tidak bisa menggantikannya, Airlangga merasa perlu membagi kerajaan untuk dipimpin kedua putranya. Sebelum Keputusan ini di ambil, Airlangga terlebih dahulu meminta saran Mpu Bharada yang menjadi penasehatnya. Menurut sang Mpu, membagi kerjaan bukanlah sebuah jalan keluar yang baik, sebab dikhawatirkan akan timbul perang saudara antar putra Airlangga.
    Kemudian Mpu Bharada menyarankan agar salah satu putraAirlangga memerintah di Bali, karena masih punya darah dengan Udayana (ayah Airlangga). Saran Mpu Bharada di terima oleh Airlangga dan segera mengutusnya ke Bali. Di sana Mpu Bharada melakukan perundingan dengan Mpu Kuturan, seorang pandita tinggi. Tetapi usul Airlangga itu ditolak Mpu Kuturan karena yang bisa menjadi Raja Bali adalah keturunan Mpu Kuturan sendiri. Merasa menemukan jalan buntu, Mpu Bharada kembali ke Kahuripan. Berdasarkan dua petimbangan di atas, maka Airlangga melaksanakan pembelahan kerajaan Kahuripan 1042. Proses pembagian kerajaan itu menjadikan Kahuripan menjadi Dua. Di Kahuripan bagian Utara berdiri kerajaan Jenggala yang dipimpin Lembu Amiluhung yang bergelar Sri Jayantaka, sedangkan di bagian Selatan berdiri Kerajaan Dhaha yang dipimpin Lembu Amisena yang bergelar Sri JayaWarsaPeristiwa pembelahan ini dicatat oleh Mpu Prapanca dalam kitabnya Negarakertagama. Alasan pembagian kerajaan dilukiskan Oleh Mpu Prapanca sebagai “Demikian lah sejarah Jawa menurut tutur yang dipercaya. Kisah JenggalaNata di Kahuripan dan Sri Nata Kahuripan di Dhaha (Kediri). Waktu bumi Jawa di belah karena cintanya pada kedua putranya. Sedangkan sosok tokoh pelaksana pembagian itu, Mpu Bharada, dilukiskan sebagai berikut: Mpu Bharada nama beliau, adalah pendeta Budha Mahayana yang telah putus ilmu Tantrayananya, bersemedi di lemah Tulis gunumg Prawito (penanggungan). Ia dikenal sebagai pelindung rakyat dan kemana-mana selalu jalan kaki. Kemudian Mpu Prapanca juga mencatat proses pembagian kerajaan itu sebagai berikut: Beliau menyanggupi permintaan Raja untuk membelah kerajaan. Tapal batas dua bakal kerajaan itu di tandai dengan kucuran air dari kendi yang dibawanya terbang ke langit.
    Dalam kitab ini Mpu Prapanca juga menuliskan sebuah peristiwa kecil yang menimpa Mpu Bharada dalam pekerjaannya: Turun dari langit sang Mpu berhenti di bawah pohon Asam. Kendi Suci di taruh di desa Palungan (sekarang wilayah Gempol). Karena jubahnya tersangkut pohon Asam, marahlan sang Mpu, dan beliau mengutuk pohon Asam itu kerdil untuk selamanya. Air kucuran kendi itu membuat garis demarkasi untuk kedua kerajaan. Mengenai garis itu Negara Kertagama menulis: Tapal batas Negara adalah Gunung Kawi sampai dengan aliran sungai Poro (Poro : porong, jawa kawi ; dibagi). Itulah tugu gaib yang tidak bisa mereka lalui. Maka dibangunkah Candi Belahan (Sumber Tetek) sebagai prasasti di belahnya Kahuripan. Semoga Baginda tetap teguh, tegak dan berjaya dalam memimpin Negara. Airlangga turun tahta setelah pembelahan Kahuripan. Dua kerajaan baru yang berdiri di atas Kahuripan telah dipimpin oleh putra-putranya. Seperti adat leluhurnya, ia pun lengser keprabon madeg mandita (turun tahta dan hidup seperti pendeta).
       Dalam upayanya meninggalkan keduniawian ini ia memilih Gunung  Penanggungan  dan  Gunung Arjuna.  Selain meninggalkan tahta, ia juga menanggalkan gelarnya. Sebagai gantinya Airlangga menggunakan nama-nama yang menunjukkan kesiapannya menuju samsara.
candi
Di Gunung Penanggungan Airlangga dikenal sebagai Resi Jatinindra dan di Gunung Arjuna ia dimemakai nama Begawan Mintaraga. Selain itu Airlangga juga dikenal sebagai Resi Gentayu, sebuah ungkapan yang berasal dari kata Jatayu (burung Garuda yang menyelamatkan Sintha dalam epos Ramayana). Tujuh tahun kemudian (1049 M) Airlangga wafat. Jenazahnya diperabukan di Candi Belahan (Sumber Tetek) disana ia diarcakan sebagai Wisnu yang menunggang garuda. Arca itu di sebut Garudamukha.

CANDI DERMO PENINGGALAN MAJAPAHIT



Candi Dermo adalah salah satu candi yang dibangun pada Masa kerajaan Majapahit, pada wangsa Raja Hayam Wuruk. Candi bercorak hindu ini berdiri pada tahun 1353 dibawah pimpinan Adipati Terung yang sekarang makamnya terdapat di Utara Masjid Trowulan.
      Candi ini termasuk salah satu kompleks candi yang dibangun oleh Kerajaan Majapahit sebagai bukti akan luasnya daerah kekuasaan yang dimiliki. Candi ini sebenarnya merupakan  Gapura atau Pintu Gerbang, orang Jawa mengatakan Gapura Ke Bangunan Suci. Arti dari Bangunan suci sendiri adalah bangunan induk yang biasanya terletak di sebelah timur candi. Begitupula dengan Candi Dermo, sebenarnya dahulu di sebelah timur Candi ada bangunan induk yang ukurannya lebih besar, namun sekarang bangunan induk tersebut sudah pupus dimakan waktu dan akhirnya roboh. Oleh masyarakat jaman dulu, lahan puing-puing bangunan induk tersebut dijadikan pemukiman oleh warga sekitar.
            Keadaan Candi kini sudah mulai rapuh, banyak puing-puing yang runtuh sehingga menyebabkan candi mulai tak terbentuk. Meskipun begitu, masih ada beberapa relief candi yang masih utuh di sisi bagian samping kanan dan kiri, namun beberapa yang ada di puncak sudah tak terbentuk karena banyak batu bata yang rapu dan runtuh. 

Pada kompleks candi Dermo, terdapat 4 buah Arca dengan 2 macam jenis, yakni Arca Manusia Bersayap dan Arca Kolo. Namun sayangnya, sekarang salah satu dari arca-arca tersebut ada yang sudah hancur, sehingga kini Candi Dermo hanya memiliki 3 Arca saja, sedangkan pemugaran masih dilakukan selama 2 kali sekitar tahun 1905-1914, itupun pada masa Penjajahan Belanda, sehingga sebagian badan candi sudah direnovasi.
            
Luas kompleks Candi yang terletak di desa Candi negoro, Wonoayu ini tak begitu luas. Bangunan candi dengan tinggi 11.05 m, panjang 10.84 m dan lebar 10.77 ini memiliki luas halaman sekitar 22 m x 20 m dengan sebuah pos kecil di pelataran depan. Tak ada tempat parkir disana, bahkan jalan menuju candi inipun begitu kecil dan sempit, sehingga hanya dapat menampung kendaraan dengan jumlah terbatas, itupun dengan diparkir di halaman rumah warga sekitar kawasan candi. Prasarana yang ditawarkan Candi Dermo ini memang masih belum lengkap, tak ada toilet disana, namun pengunjung bisa menggunakan kamar mandi yang ada di mushollah disamping candi.

            Candi Dermo memiliki 3 orang pengawas, yaitu Bapak Chusni, Bapak Hadi dan seorang lagi adalah warga Wates, Mojokerto. Beliau-beliau lah yang selama ini menjaga dan merawat Candi Dermo. Setiap 3 hari sekali mereka beroperasi untuk membersihkan dan menata sekitar Candi, seperti menyapu, merawat tanaman, menghias taman, menyirami rumput dll. Tanaman-tananam yang ada di sana merupakan tanaman yang mereka tanam atas inisiatif sendiri dengan dibantu oleh warga sekitar.
            
Disini, tak ada sistem keamanan khusus yang dipergunakan, pengawas hanya bertugas mengawasi para pengunjung dari rumahnya yang tak jauh dari candi, jika mereka butuh bantuan pengawas, maka dengan senang hati akan dilayani dengan ramah. Setiap pengunjung yang datang tidak diberi tarif masuk, namun hanya sebatas mencatat di buku tamu yang akan disetorkan ke kantor pusat di Trowulan. Tak ada batasan jam berkunjung yang ditetapkan, sehingga kapanpun itu, pengunjung boleh datang. Pengunjung yang datang biasanya dari kalangan pelajar. Rata-rata ada 40 sekolah yang berkunjung ke Candi tiap bulannya dengan tujuan observasi, namun banyak juga dari kalangan umum yang datang dengan maksud untuk rekreasi dan melihat-lihat saja. Sedangkan pengontrolan dilakukan setiap 3 bulan sekali oleh petugas candi.



Dana yang digunakan berasal dari dana pusat, sehingga dengan dilakukan pengontrolan, akan dihitung seberapa parah kerusakan candi, kemudian akan dilaporkan ke kantor pusat. Kantor pusat akan mencatat kerusakan candi dan melakukan pendataan di bagian financial untuk renovasi. Pernah ada kabar burung bahwa Candi Dermo akan dibongkar, namun itu dibantah oleh para pengawas, karena ini sudah merupakan cagar budaya berdasarkan UUD No.5 tahun 1992. Proposal dan semua laporan keadaan candi sudah dikirim, bahkan sudah dibuatkan design asli dari Candi Dermo sendiri, namun hingga kini, perenovasian masih belum terealisasikan, entah karena sebab apa.
            Candi Dermo termasuk salah satu peninggalan jejak masa lampau yang harus dijaga dan dilestarikan, maka dari itu mari kita ikut serta membantu melestarikannya agar peninggalan masa lampau dapat terjaga dan abadi, sehingga anak cucu kita dapat menikmatinya nanti. J